Starbucks Via
Kali ini saya coba review produk dari Starbucks yang baru launching, namanyaVIA (dalam bahasa itali yang artinya “Jalan”) dan sesuai dengan namanya, produk ini merupakan kopi bubuk instan yang siap diminum hanya dengan menuangkan air panas. Sebelumnya perlu diketahui bahwa saya bukanlah ahli kopi dan tulisan ini hanya ekspresi dari pemikiran dan pendapat saya.
Without a doubt, Starbucks memang menciptakan kopi yang mantap. Saya sangat menyukai kopi mereka, terutama macchiato dan latte, selain daripada ambience yang cocok untuk hangout tentunya. Dan peluncuran produk baru VIA ini tentunya membuat saya penasaran. Saya kurang tahu apakah produk ini sudah available di Medan, tetapi saya mendapatkannya di bandara LCCT beberapa hari lalu.
It’s bloody expensive.
Semua juga tahu, tidak ada yang murah di Starbucks, demikian juga dengan produk ini. Perlu mengocek RM8 atau kurang lebih Rp 22.000 untuk 3 sachet kecil (That’s around Rp 7500/sachet). Bloody expensive untuk kopi sachet. Ada 2 rasa yang ditawarkan, Colombia dan Italian Roast. Italian Roast menawarkan kopi yang lebih keras aromanya sedangkan Colombia lebih ke medium.
Semua juga tahu, tidak ada yang murah di Starbucks, demikian juga dengan produk ini. Perlu mengocek RM8 atau kurang lebih Rp 22.000 untuk 3 sachet kecil (That’s around Rp 7500/sachet). Bloody expensive untuk kopi sachet. Ada 2 rasa yang ditawarkan, Colombia dan Italian Roast. Italian Roast menawarkan kopi yang lebih keras aromanya sedangkan Colombia lebih ke medium.
Instant and microground coffee?
Lalu apa nilai jual dari produk ini? Tentunya kopi instan dengan teknologi microground. Unfortunately di website Starbucks sendiri tidak banyak dijumpai resource mengenai teknologi ini, tetapi asumsi saya ialah kopi digiling sampai bener-bener halus namun tetap menjaga aroma aslinya. Saya mencoba melakukan komparasi sederhana dengan menggunakan biji kopi fresh yang saya beli di Macehat, digiling dengan tingkat fine di grinder, dan memang kopi VIA ini masi lebih halus.
Lalu apa nilai jual dari produk ini? Tentunya kopi instan dengan teknologi microground. Unfortunately di website Starbucks sendiri tidak banyak dijumpai resource mengenai teknologi ini, tetapi asumsi saya ialah kopi digiling sampai bener-bener halus namun tetap menjaga aroma aslinya. Saya mencoba melakukan komparasi sederhana dengan menggunakan biji kopi fresh yang saya beli di Macehat, digiling dengan tingkat fine di grinder, dan memang kopi VIA ini masi lebih halus.
Kehalusan tersebutlah yang membuatnya tidak memberikan ampas yang mengendap di dasar cangkir. Okay enough with theory, proses persiapan pun tidak ribet. Mengikuti instruksi dari sachet, tinggal tuang 250ml/8oz air panas ke dalam cangkir dan aduk. as instant as that.
Smells good, but wait…
Aroma yang tercium memang segar, membuatku makin penasaran dengan rasanya. Tak sabar menunggu supaya lebih sejuk, I took a sip and stunned. Rasanya tidak lebih baik dari kopi Arabica lokal yang saya giling sendiri. Entah karena di kota Medan ini banyak dijumpai kedai kopi dan Sumatera sendiri merupakan salah satu exportir besar biji kopi, VIA leaves me unimpressed. And with that price, lebih baik saya keluarkan sedikit lagi uang untuk mencicipi menu kopi yang ada di outlet mereka.
Aroma yang tercium memang segar, membuatku makin penasaran dengan rasanya. Tak sabar menunggu supaya lebih sejuk, I took a sip and stunned. Rasanya tidak lebih baik dari kopi Arabica lokal yang saya giling sendiri. Entah karena di kota Medan ini banyak dijumpai kedai kopi dan Sumatera sendiri merupakan salah satu exportir besar biji kopi, VIA leaves me unimpressed. And with that price, lebih baik saya keluarkan sedikit lagi uang untuk mencicipi menu kopi yang ada di outlet mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar